Kota Bengkulu >> Sekda Provinsi Bengkulu Hamka Sabri lepas ritual ambik tanah Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bencoolen pada Prosesi Pamit Rajo Agung (Berpamitan dengan Raja) dalam rangkaian Festival Tabut Provinsi Bengkulu Tahun 2022, di Balai Raya Semarak Bengkulu, Jum’at (29/07) malam.
Sekda Hamka Sabri mengatakan, atas Pamit Rajo Agung yang dilakukan KKT Bencoolen, Pemprov Bengkulu menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya.
“Kita memberikan apresiasi karena secara hirarkinya sebelum melakukan rangkaian ritual Tabut, mereka pamit dengan Rajo Agung (Gubernur Bengkulu). Kami menerima dengan baik kemudian memberikan izin untuk memulai rangkaian dengan mengambil tanah,” ungkap Hamka Sabri usai makan bersama dengan KKT Bencoolen di Rumah Rajo Agung.
Ketua KKT Bencoolen Syafril menjelaskan, memeriahkan Festival Tabut Bengkulu Tahun 2022, selaku pelaksana inti sambut Tahun Baru Islam/ bulan Muharram, pihaknya menyampaikan permintaan maaf jika banyak kekurangan dalam pelaksanaan.
Hal ini mengingat lantaran 2 tahun tidak melaksanakan kegiatan Festival Tabut secara terbuka akibat pandemi COVID-19, sehingga persiapan yang ada terbilang belum maksimal.
“Kami dari KKT Bencoolen minta maaf jika banyak kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan selama 10 hari ke depan di bulan Muharram ini,” jelas Syafril.
Syafril juga menegaskan bahwa tidak ada unsur syirik atau keramat dalam rangkain prosesi ritual Tabut Bengkulu.
“Jadi tidak ada mantra di prosesi ini, yang ada salam atau sholawat kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW dan memanjatkan do’a kepada Allah SWT,” terangnya.
Lebih lanjut Syafril menjelaskan, seperti halnya prosesi mengambil tanah, yang merupakan simbolisasi bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.
“Hal ini mengingatkan semua orang akan mengalami kematian, tidak ada yang abadi. Dan kaitannya dengan Tabut, pada waktu Husein masih kanak-kanak, dipangku oleh Rasulullah lalu kemudian datanglah Malaikat Jibril membawa berita dari Allah SWT bahwa Husein ini nanti akan wafat di suatu tempat bernama Padang Karbala,” demikian kisah Syafril. (***)