Jakarta >> Posisi sebagai penghasil komoditas menguntungkan posisi investasi di Indonesia sehingga dana asing diyakini akan terus mengalir di saat gejolak pasar global saat ini. Seperti dilansir pada laman IPOTNews menerangkan, investor direkomendasikan untuk mengoleksi ETF dengan bobot saham finansial yang tinggi (di atas 50%).
“Kami merekomendasikan beberapa nama ETF yaitu XISR (Premier ETF SriKehati) yang berisi emiten dengan wawasan sosial, pengelolaan korporasi, dan lingkungan yang tergolong baik. ETF XIPI (Premier ETF Pefindo I-Grade), ETF XIML (Premier ETF MSCI Indonesia Large Cap), XBNI (BNI-AM MSCI Indonesia ETF), dan XBIG (BNP Paribas IDX30 Growth ETF),” papar ETF Desk Indo Premier Sekuritas dalam catatannya pagi ini, Rabu (07/09/2022).
Global Market Wrap
Wall Street bergerak fluktuatif dan akhirnya ditutup melemah. Data non-manufaktur PMI yang solid berpotensi semakin mengokohkan langkah The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan di Sept22. Menjadi sentimen negatif yang menekan Wall Street kemarin. Disisi lain, kekhawatiran di Eropa masih terjadi dengan dihentikannya supplai gas Nord Stream oleh Rusia ke Eropa dan rencana kebijakan yang akan dilakukan oleh Perdana Menteri Inggris yang baru, Liz Truss.
“Hari ini IHSG kami prediksi bergerak bervariasi cenderung menguat di 7,205 dan resistance di 7,265.”
Berikut update pasar untuk hari ini:
ADRO: Dalam pertemuan Non Deal Roadshow, manajemen ADRO kembali menegaskan proyek transformasi dan pertumbuhan (Seperti proyek smelter alumunium dan kawasan industri Kaltara). Manajemen mengharapkan adanya peningkatan volume produksi batu bara dan diskon harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah untuk mendukung pencapaian laba bersih di 3Q22. Maintain Buy.
INTP: Perpanjang rencana buyback sebesar Rp3tn sampai 6 Desember 2022. Dimana periode buyback itu dilakukan per hari ini. Terdapat sisa dana sebesar Rp294bn dan 489mn lembar saham yang dapat dibeli oleh manajemen.
INCO: Berencana bekerjasama dengan Taiyuan Iron & Steel (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology untuk membuat Smelter sebesar Bahodopi senilai US$2.1bn. RKEF Smelter ini diprediksi akan selesai pada 2025 dan memproduksi sebesar 73-80k ton nickel per tahun.
Policy: Pemerintah melalui Menteri Keuangan akan membuat skema burden sharing dengan pemerintah daerah dimana dua rencana yang akan diimplementasi 1.) pengeluaran subsidi dan kompensasi energi untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak bbm 2.) Membedakan pembayaran regional dan pusat untuk dana pensiun ASN.(***)